Manfaat, Ragam, dan Komponen Literasi Keuangan

Image: staiku.ac.id

Share

Jakarta – Definisi literasi keuangan adalah kecakapan memahami dan menggunakan berbagai kemampuan keuangan secara efektif, seperti manajemen, penganggaran, dan investasi. Hal ini merupakan yang fundamental dari hubungan seseorang dengan uang dan akan terus dipelajari sepanjang hayat.

Literasi keuangan merujuk pada banyak keterampilan yang diperlukan saat membuat pilihan tentang apa yang harus dilakukan terhadap uang.

Yang melek finansial mengetahui bahwa gaji tidak boleh dibelanjakan semua, apalagi melebihi. Ia harus menyisihkan sebagian untuk ditabung. Orang bertingkat literasi baik familiar dengan formula penganggaran 80/20 atau 80% pendapatan dibelanjakan dan 20% disimpan di tabungan berjangka atau investasi di instrumen pasar modal, seperti saham.

Ada dua tujuan jangka panjang literasi keuangan, yakni memperbaiki yang kurang atau buta menjadi melek finansial, dan meningkatkan jumlah pengguna produk dan jasa keuangan.

Manfaat literasi keuangan adalah menciptakan masyarakat melek finansial. Tandanya: tahu mengelola uang, melunasi utang, paham suku bunga, asuransi, tabungan pensiun, pajak, kredit, atau pinjaman.

Literasi keuangan penting guna menghindarkan kegagalan finansial sekaligus imun dari tindak penipuan, seperti pinjol ilegal. Yang buta finansial rentan terkena jebakan utang lalu catatan kreditnya buruk, mengalami kebangkrutan, penyitaan rumah, dan konsekuensi negatif lainnya.

Baca Juga  Literasi Digital: Definisi, Kerangka, dan Manfaatnya

Ada tiga komponen literasi keuangan:

  1. Ini untuk membandingkan antara berbagai produk dan layanan sehingga dapat membuat keputusan tepat.
  2. Contohnya, gagal menabung, telat bayar tagihan rutin, gagal berhemat, salah pilih produk keuangan. Ini bakal berdampak negatif terhadap kondisi keuangan seseorang.
  3. Misalnya, keputusan untuk berbelanja atau menabung, beli sekarang atau besok, dan sebagainya.

Literasi keuangan terus mendapat perhatian sebab hasil riset menunjukkan melek keuangan yang rendah masih terjadi di negara maju, apalagi negara berkembang. Ini masalah serius karena literasi keuangan berpengaruh positif terhadap inklusi dan perilaku keuangan.

Menurut survei dari OJK tahun 2013, tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia dikelompokkan ke dalam empat kategori.

Well literate (21,84%). Mereka memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga, produk, dan jasa keuangan. Meliputi fitur, manfaat, risiko, serta hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan. Mereka juga terampil menggunakan produk dan jasa keuangan.

Sufficient literate (75,69%). Memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga, produk, dan jasa keuangan, namun kurang terampil menggunakannya.

Less literate (2,06%). Tingkat pengetahuan tentang lembaga, produk, dan jasa keuangan masih kurang.

Baca Juga  UNESCO Rilis 15 Negara dengan Tingkat Literasi Paling Rendah

Non literate (0,41%). Kategori ini tidak memiliki pengetahuan, keyakinan dan keterampilan dalam menggunakan produk atau jasa keuangan.

Tantangan

Pengembangan literasi keuangan di Indonesia memiliki tantangan demografi: perbedaan agama, bahasa, suku, budaya, tingkat ekonomi, dan pendidikan.

Tantangan geografis: negara kepulauan yang luas dan masih ada wilayah yang sulit dijangkau. Akses internet belum merata menyebabkan kesenjangan. Sebanyak 21 provinsi indeks literasi keuangannya di bawah indeks literasi nasional.

Inklusi keuangan dapat diartikan sebagai kondisi di mana individu atau bisnis memiliki akses ke berbagai produk dan layanan keuangan guna memfasilitasi kebutuhan untuk mencapai tujuan. Seperti kredit pengembangan usaha, asuransi jiwa atau kesehatan, dana pendidikan.

Literasi keuangan digital

Literasi keuangan digital adalah kemampuan memahami dan menggunakan berbagai layanan dan produk keuangan digital dengan efektif dan aman. Ini mencakup pengetahuan tentang perbankan online, mobile banking, investasi online, e-commerce, dan metode pembayaran digital. Literasi ini juga melibatkan pemahaman tentang keamanan finansial digital dan proteksi data pribadi untuk menghindari penipuan digital.

Layanan perbankan online

Layanan perbankan online memungkinkan nasabah mengelola rekening mereka melalui internet tanpa harus mengunjungi bank. Melalui platform, nasabah dapat melakukan transfer, pembayaran, dan pembelian.

Baca Juga  Viral di Media Sosial Pungli Penerimaan Siswa Baru SMAN 9 Kota Tangerang Rp 11 Juta

Mobile banking

Mobile banking adalah perpanjangan dari perbankan online yang diakses melalui aplikasi pada perangkat seluler dan tablet. Dengan mobile banking, nasabah bisa melakukan transaksi perbankan kapan saja dan di mana saja. Fitur-fitur yang biasanya tersedia meliputi pengecekan saldo, transfer dana, pembayaran tagihan, dan menajemen investasi. Mobile banking juga menawarkan notifikasi real-time untuk setiap transaksi yang dilakukan, sehingga meningkatkan keamanan dan transparansi.

Keamanan finansial digital dan proteksi data pribadi

Keamanan finansial digital adalah aspek penting dalam menggunakan layanan keuangan digital. Ini mencakup perlindungan terhadap pencurian identitas, penipuan, dan serangan siber. Pengguna diimbau selalu memperbarui perangkat lunak keamanan, mengunakan autentifikasi dua faktor, dan tidak membagikan informasi pribadi atau keuangan secara sembarangan.

Proteksi data pribadi menjadi semakin penting di era digital. Lembaga keuangan diwajbkan untuk menjaga kerahasiaan data pribadi nasabah sesuai dengan regulasi yang berlaku, seperti GDPR di Eropa dan undang-undang privasi data lainnya.

 

  • Referensi              : https://id.wikipedia.org/wiki/Literasi_keuangan
  • Sumber                 : Wikipedia

Share

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *