Oleh: Saiful Huda Ems*
Tadi malam saya menonton siaran perbincangan Presiden Prabowo Subianto (PS) dengan 7 jurnalis terkemuka Indonesia. Terjadi tanya jawab antara Presiden PS dengan para jurnalis tanpa sensor dan basa-basi.
Melihat Prabowo yang terbuka dan rendah hati seperti itu, saya kagum. Meskipun kadang pikiran masih dibayangi suara pekikan yang sangat mengusik rasa keadilan kami: “Hidup Jokowi! Terima kasih Pak Jokowi!” Demikian dilontarkan Prabowo saat berorasi pada HUT Partai Gerindra, beberapa waktu lalu.
Kembali ke topik, saat Presiden Prabowo dengan perwakilan media di Hambalang, nampak sekali suasana diskusi yang cair, tanpa dibatasi aturan protokoler.
Bahkan ketika Prabowo ditanya secara beruntun oleh Najwa Shihab, ada jurnalis yang berusaha menghentikannya dengan alasan waktu untuk Najwa sudah habis. Namun justru Prabowo mempersilakan Najwa melanjutkan pertanyaannya.
Kontrovesi soal Makan Bergizi Gratis (MBG), UU TNI, dan RUU Polri dijelaskan secara terbuka oleh Presiden Prabowo. Kendala penegakan hukum karena mentalitas aparatnya yang memprihatinkan, juga soal kebijakan tarif 32 % Trump untuk Indonesia dijelaskannya secara gamblang.
Inilah karakter Pak Prabowo Subianto yang dahulu sempat membuat tertarik, sehingga saat Partai Gerindra didirikan, saya sempat mendaftar. Tapi kemudian keluar setelah saya tertipu oleh tampilnya figur politisi baru, Jokowi yang mempropagandakan perubahan, yang ternyata semuanya tertimbun di gorong-gorong kepalsuan.
Selain karena tertipu oleh kepalsuan Jokowi, ada alasan lain kenapa membatalkan diri mendukung Prabowo dan keluar dari Partai Gerindra. Alasannya karena belum yakin Prabowo sudah berubah menjadi lebih bijaksana, pascatuduhan penculikan Aktivis ’98.
Prabowo masih suka gebrak-gebrak meja saat berorasi. Ini membuat trauma terhadap sosok militer yang diktator dan brutal muncul kembali.
Pertemuan dan diskusi tanya jawab Presiden Prabowo dengan jurnalis di Hambalang, Minggu (6/4/2025) membuat hati saya bertanya-tanya lagi, sesungguhnya ada apa sih dengan Pak Prabowo ini?
Orangnya begitu terbuka, tapi kenapa kebijakannya selama ini sangat membingungkan dan bisa dikatakan melukai hati rakyat, minimal rakyat seperti saya.
Mengangkat menteri yang banyak tidak berkualitas dan sebagian terindikasi korup. Kabinetnya juga sangat terlampau gemuk, sementara tren pemerintahan di negara-negara modern merampingkan kabinetnya.
Membiarkan Kapolri yang sudah lama menjabat dan tidak menunjukkan kemajuan institusi Polri, namun malahan membuat institusi jadi mundur, terlibat banyak kasus dan anggota-anggotanya menjadi kurang percaya diri, banyak di-bully masyarakat, hingga muncul istilah partai coklat (parcok).
Banyak artis-artis dan mubaligh seleb tidak kompeten diangkatnya menjadi Staf Khusus Presiden, tidak mau mendengar suara batin rakyat dengan seringnya bertemu dan memuji-muji Jokowi presiden yang sebenarnya gagal dan meninggalkan banyak utang, serta banyak meninggalkan persoalan hukum.
Namun dalam pertemuan Prabowo bersama perwakilan media dan jurnalis, saya melihatnya sudah menunjukkan karakternya yang tegas, rendah hati, dan terbuka.
Semoga Prabowo bersedia mengoreksi kembali kekeliruan kebijakannya selama ini yang banyak menyakiti hati rakyat kecil seperti kami.
Presiden Prabowo yang baik, bangsa ini sedang mengalami krisis kepemimpinan nasional. Indah sekali jika Anda yang sudah terpilih menjadi presiden, lebih mawas diri, bersedia mendengar aspirasi rakyat yang kritis, serta menjauhi Jokowi yang layak diadili.
*Lawyer, Analis Politik, dan Aktivis ’98