Fakta Program Prabowo Bukan Kelanjutan Jokowi, Pakar: Beda Langit-Bumi

Jerry Massie/ist

Share

Jakarta – Tudingan tentang pemerintahan saat ini merupakan kelanjutan dari kebijakan Presiden ke-7 RI Joko Widodo, ditampik pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Political and Public Policy Studies (P3S) P3S Jerry Massie.

“Realita di lapangan membuktikan program Presiden Prabowo Subianto berbanding terbalik dengan warisan Jokowi. Jika di zaman Jokowi berkuasa terjadi perampokan dan penggusuran, Prabowo justru meluncurkan kebijakan dan program yang menyentuh rakyat,” tutur Jerry, di Jakarta, Minggu (2/2/2025).

Ia mengatakan, Jokowi jelas disetir kelompok naga atau oligarki, tapi di era Prabowo taring naga malah meredup. Terbukti dengan perintah tegas Prabowo membongkar pagar bambu di kawasan laut Tangerang, Banten.

Padahal di antara wilayah laut yang telah diterbitkan sertifikatnya oleh Kementerian ATR/BPN tersebut, terdapat kavling milik perusahaan Aguan yang merupakan salah satu kolega Jokowi.

“Saat ini tersebar sebanyak 37 proyek dan semuanya itu harus dibatalkan lantaran berpotensi merusak lingkungan. Proyek-proyek ini juga tak ada keuntungan bagi rakyat, kecuali keuntungan hanya untuk kaum feodal dan oligarki semata,” kritik Jerry.

Selain Proyek Strategis Nasional, lanjut dia, pembangunan Ibu Kota Nusantara juga belum tentu dilanjutkan. Alasannya sebab anggaran di Kemeterian PU terbatas sehingga ASN juga akan ditunda pindah ke IKN.

Baca Juga  Cagub Andhika Perkasa Semakin Perkasa di Jawa Tengah

Kepentingan rakyat

Prabowo, menurut Jerry adalah seorang negarawan sejati. Kebijakannya mirip mendiang Presiden Soeharto dalam pengelolaan negara, keuangan, dan juga public policy yang lebih mengutamakan kepentingan rakyat.

Kalau era Soeharto dikenal dengan program posyandu, transmigrasi, kamtibmas, tabanas, hingga pembangunan sekolah dasar inpres yang jumlahnya sebanyak 150 ribu serta mempekerjakan 1 juta guru.

“Sekarang era Prabowo juga identik dengan pelayanan langsung kepada rakyat, yakni melalui Makan Bergizi Gratis dengan anggaran Rp71 triliun dan bakal ditambah menjadi Rp171 triliun. Lalu ada pemeriksaan kesehatan gratis dengan total anggaran Rp4,7 triliun,” urai Jerry.

Kegiatan serupa pernah dijalankan di masa pemerintahan Soeharto, tepatnya tahun 1974 dengan melibatkan 10 kementerian. Soeharto menerbitkan Inpres perbaikan menu makanan rakyat dengan tujuan meningkatkan mutu gizi makanan rakyat. Sebab menurut Soeharto, rendahnya mutu gizi mendatangkan benca bagi suatu bangsa.

Ada juga dan subsidi listrik sebesar 50 persen, lalu pemutihan utang satu juta nelayan, petani, dan UMKM yang sudah dilakukan. Utang yang dihapus untuk kalangan petani dan nelayan nilanya Rp500 juta untuk badan, dan Rp300 juta untuk perseorangan.

Baca Juga  Juarai Piala AFF U-19 2024, Timnas Indonesia Punya Masa Depan Cerah

Selain itu, Prabowo juga mengadopsi penghentian program impor pangan yang sukses dilakukan Soeharto, yakni jagung, beras, garam, dan gula.

Seperti diketahui, impor pangan di era Jokowi sangat ugal-ugalan. Rinciannya: nilai impor pangan hingga akhir 2023 naik menjadi 13,8 miliar dolar AS atau sekitar Rp215,77 triliun dengan asumsi kurs Rp15.653 per dolar AS.

Nilai tersebut meningkat 5,3 persen dibandingkan tahun 2022 sebesar 13,11 miliar dolar. Impor terbesar adalah gandum dan meslin yang menembus 3,68 miliar dolar AS atau setara Rp57,44 triliun.

Ke depan, program yang tengah disiapkan Prabowo berupa sekolah rakyat gratis, pembangunan 3 juta perumahan.

“Kebijakan brilian Prabowo juga diimplementasikan dengan memangkas 90 persen anggaran belanja ATK yang mencapaj Rp44 triliun. Bahkan anggaran pemerintah dipangkas Rp300 triliun. Dibandingkan Jokowi yang hanya memikirkan kesejahteraan keluarga dan oligarki, Prabowo fokusnya hanya memikirkan masa depan bangsa,” tukas Jerry.

Baca Juga  Minus Jakarta, MK Terima 206 Sengketa Pilkada Serentak

Prabowo juga berjuang mencari investor asing dalam beberapa kunjunganya ke sejumlah negara di tahun 2024 dan membawa pulang investasi Rp294 triliun.

“Jika semua kebijakan dan program Prabowo sudah terlaksana, Indonesia di bawah kepemimpinannya saya kira akan menyamai prestasi Republik Irlandia yang APBN-nya surplus Rp125 triliun, demikian juga Argentina di bawah Presiden Javier Milei surplus Rp26,7 triliun,” imbunya.

Jerry menyimpulkan bahwa pemerintahan Prabowo jelas antitesia dari yang sebelumnya dan bukan kelanjutan program Jokowi, seperti digaungkan saat kampanye 2024. Ia bahkan menggambarkan perbedaannya seperti langit dengan bumi.

“Saya menilai era Jokowi hanya pencitraan, dramatisasi, penipuan, perampokan tanah rakyat, menjual lahan laut, pasir laut, dan sumber daya alam lainnya. Membiayai buzzer Rp90,45 miliar, tapi malah mengutang sebanyak Rp8.461 triliun. Belum lagi defisit anggaran Rp800 triliun. Era Jokowi adalah era kelam dengan utang melonjak Rp 5.853 triliun dari pemerintahan sebelumnya,” simpul jerry.

Dia mengingatkan semoga Prabowo terus konsisten membangun Indonesia menjadi lebih baik dengan program utama hanya demi kepentingan rakyat.

 

red

Share

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *