Moskow – Kremlin pada Jumat meminta klarifikasi atas pernyataan Wakil Presiden Amerika Serikat JD Vance baru-baru ini mengenai kemungkinan pengerahan pasukan AS ke Ukraina dan sanksi anti-Rusia yang baru.
Moskow mengatakan bahwa pernyataan tersebut memperkenalkan “unsur-unsur baru” dalam posisi Washington.
Berbicara dalam jumpa pers di Moskow, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Rusia mengharapkan penjelasan lebih lanjut selama kontak mendatang dengan pejabat AS.
“Kami belum pernah mendengar rumusan seperti itu sebelumnya, rumusan itu belum pernah diungkapkan sebelumnya. Tentu saja, selama kontak yang kami bahas, kami berharap untuk menerima klarifikasi lebih lanjut,” kata Peskov.
Peskov juga mencatat bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump telah menugaskan para pembantu mereka untuk mempersiapkan pertemuan pribadi setelah percakapan telepon kedua presiden itu pada Rabu (12/2).
Namun, dia mengakui bahwa penyelenggaraan pembicaraan semacam itu akan memakan waktu “beberapa hari.”
Ketika ditanya apakah diskusi dapat dilakukan di sela-sela Konferensi Keamanan Munich yang dijadwalkan pada 14-16 Februari, Peskov tidak membenarkan atau membantah kemungkinan tersebut.
Komentar tersebut muncul setelah Putin dan Trump mengadakan panggilan telepon resmi pertama mereka sejak Trump menjabat, membahas isu-isu utama global dan bilateral.
Peringatan sanksi
Sebelumnya Wakil Presiden Amerika Serikat JD Vance memperingatkan bahwa AS dapat mengenakan sanksi dan mungkin mengambil tindakan militer jika Presiden Rusia Vladimir Putin menolak untuk merundingkan perjanjian damai dengan Kiev yang menjamin kemerdekaan jangka panjang Ukraina.
Dalam wawancara dengan The Wall Street Journal (WSJ) pada Kamis (13/2), Vance mengemukakan bahwa semua pilihan masih ada “di atas meja,” termasuk kemungkinan pengerahan pasukan AS ke Ukraina, jika Moskow gagal terlibat dalam pembicaraan dengan itikad baik.
“Ada alat ekonomi yang dapat digunakan, tentu saja ada alat militer yang dapat digunakan” yang dapat digunakan Washington untuk melawan Putin, ungkap Vance.
Pernyataan tersebut menyusul pengumuman Presiden AS Donald Trump bahwa dia telah memulai negosiasi dengan Putin untuk mengakhiri perang di Ukraina.
“Presiden tidak akan melakukan ini tanpa pikir panjang. Dia akan berkata: ‘Semuanya ada di atas meja, mari kita buat kesepakatan,” kata Vance.
Vance, yang dijadwalkan bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Konferensi Keamanan Munich pada Jumat, mengatakan di yakin kesepakatan akhir akan tidak terduga.
“Saya pikir akan ada kesepakatan yang akan mengejutkan banyak orang,” katanya kepada WSJ.
Pernyataan Vance disampaikan sehari setelah Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth mengatakan Ukraina kemungkinan tidak akan mendapatkan kembali wilayahnya yang hilang sejak 2014, serta tidak akan bergabung dengan NATO melalui negosiasi, dan bahwa prioritas AS bergeser dari keamanan Eropa dan Ukraina.
Sumber: Anadolu