Rusia Evakuasi Warga Sekitar Penyimpanan Bahan Bakar Terbesar Krimea

Warga setempat menepi di seberang sebuah peternakan tangki minyak yang dilanda kebakaran di Kota Feodosia, Pantai Laut Hitam, tenggara Krimea. Foto: Sergei Malgavko / TASS

Share

Moskow – Lebih seribu orang dievakuasi dari daerah sekitar fasilitas penyimpanan bahan bakar terbesar Rusia di Semenanjung Krimea, sehari setelah serangan drone (pesawat nirawak) Ukraina memicu kebakaran, kata otoritas setempat pada Selasa.

Sebuah pesawat nirawak Ukraina, Senin (7/10), menghantam depot bahan bakar terbesar di Feodosia, sebuah kota berpenduduk hampir 70 ribu orang yang terletak di Laut Hitam, hingga mengakibatkan kebakaran besar dan memaksa ratusan orang mengungsi.

“Untuk memastikan keselamatan mereka yang tinggal di dekat lokasi kejadian, 1.047 orang dipindahkan ke fasilitas akomodasi sementara,” kata Igor Tkachenko, kepala pemerintahan kota itu, melalui Telegram.

Sebuah saluran Telegram Rusia mengunggah video kebakaran yang terjadi setelah beberapa ledakan, serta rambu jalan untuk Desa Berehove, dekat Feodosia.

Baca Juga  Delapan Tewas, India Minta 69 Warganya Dibebaskan dari Angkatan Bersenjata Rusia

Tkachenko menambahkan bahwa upaya pemadaman kebakaran masih berlangsung, dan semua layanan yang terlibat terus menjalin kontak dengan kantor pusat operasional.

Menurut laporan awal, tidak ada korban yang tercatat. Keadaan darurat akibat buatan manusia dalam skala lokal telah diumumkan di kota tersebut.

Sementara itu, militer Ukraina mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Selasa bahwa pasukannya telah berhasil menghantam depot bahan bakar di Feodosia.

perang
Prajurit Ukraina di daerah Kharkiv, Ukraina, 23 Februari 2024. Foto: AP/Vadim Ghirda

Dampak lanjutan perang Rusia-Ukraina

Sebelumnya Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan tentang eskalasi konflik lebih lanjut dan dampaknya jika perang Rusia-Ukraina berlanjut, serta menekankan urgensi untuk memutus siklus kekerasan dan mengakhiri penderitaan di kedua negara.

Guterres menyampaikan pernyataan tersebut pada sesi tingkat tinggi Dewan Keamanan PBB tentang Ukraina.

PBB didirikan atas prinsip penghormatan terhadap kedaulatan semua negara anggota, tegas Guterres seraya menambahkan bahwa Piagam PBB menetapkan bahwa semua negara harus menahan diri dari penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial negara lain.

Baca Juga  Nigeria Denda Meta Rp3,66 Triliun

“Invasi skala penuh Rusia ke Ukraina pada Februari 2022 — menyusul aneksasi ilegal Republik Otonom Krimea dan Kota Sevastopol satu dekade lalu — merupakan pelanggaran yang jelas terhadap prinsip-prinsip ini,” kata Sekjen PBB.

Dengan memperhatikan jumlah korban tewas dalam perang Ukraina terus meningkat, dia mengatakan hampir 10 juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka. Dia juga mengutuk keras semua serangan terhadap warga sipil dan infrastruktur sipil.

Sembari mendesak peningkatan bantuan ke Ukraina, Guterres mengemukakan bahwa “15 juta orang di Ukraina memerlukan bantuan kemanusiaan — lebih dari setengahnya adalah wanita dan anak perempuan.”

Kepala PBB tersebut menambahkan bahwa 11 ribu warga sipil telah tewas sejak invasi Ukraina dan memperingatkan bahwa “semakin lama perang tragis ini berlanjut, semakin besar risiko eskalasi dan dampaknya.”

Baca Juga  Petinggi Hamas Ismail Haniyeh Tewas dalam Serangan Israel di Iran

Dia khawatir bahwa kelanjutan perang Rusia-Ukraina akan semakin memperdalam ketegangan dan perpecahan global.

“Kita harus menghentikan penderitaan dan memutus siklus kekerasan — demi rakyat Ukraina, rakyat Rusia dan dunia,” katanya.

Guterres mencatat bahwa inisiatif seperti Prakarsa Gandum Laut Hitam dan pertukaran tahanan menunjukkan bahwa diplomasi dapat berhasil bahkan di “saat tergelap” ketika kemauan politik ada. Dia menyerukan peningkatan upaya untuk perdamaian di Ukraina, serta menegaskan kembali kesiapan PBB untuk mendukung semua upaya menuju tujuan tersebut.

 

Sumber: Anadolu-Antara

Share

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *