Penyelenggara Minta Maaf soal Kontoversi Pembukaan Olimpiade Paris 2024

Pembukaan Olimpiade Paris 2024 menampilkan para waria, model transjender, dan aktor Perancis Philippe Katerine. Foto: AFP

Share

Paris – Penyelenggara Olimpiade Paris 2024 mohon maaf soal pembukaan pesta olahraga itu. Panitia menegaskan, adegan itu terinspirasi dari mitologi Yunani. Adegan itu tidak terinspirasi lukisan Leonardo Da Vinci yang menyarikan kisah dalam Kristen, Perjamuan Terakhir.

Permintaan maaf disampaikan Juru Bicara Olimpiade Paris 2024 Anne Descamps. ”Melihat hasil jajak pendapat yang kami bagikan, kami yakin tujuan merayakan toleransi ini tercapai. Jika orang-orang tersinggung, tentu saja, kami sangat, sangat menyesal dan minta maaf,” kata Descamps dalam konferensi pers, Minggu (28/7/2024).

Dalam pesta pembukaan Olimpiade Paris 2024 pekan lalu, ada bagian penampilan komunitas waria. Mereka memainkan parodi yang terinspirasi kisah Perjamuan Dionisos. Sosok biru dalam parodi itu merupakan Dionisos, Dewa Anggur sekaligus Dewa Olimpiade Yunani Kuno.

Direktur Artistik acara dalam upacara pembukaan, Thomas Jolly, juga mengatakan, adegan dalam lakon berdurasi empat jam itu tidak terinspirasi oleh adegan Perjamuan Terakhir. Adegan itu merupakan kisah Yesus bersama 12 muridnya. Kisah itu diceritakan dalam Injil dan pernah dilukis oleh Da Vinci.

Lukisan Perjamuan Terakhir menggambarkan momen ketika Yesus Kristus sedang jamuan makan dengan murid-muridnya sebelum penyaliban. Sementara di Olimpiade 2024, adegan yang dianggap mirip momen itu menampilkan para waria, model transjender, dan aktor Perancis Philippe Katerine.

Dalam pembukaan, Katerine memang dirias dengan dominasi biru. Para penampil duduk bersama mirip dengan lukisan Da Vinci. Segmen ini menuai kekecewaan, protes, kritik, dan kecaman dari Gereja Katolik dan kelompok-kelompok sayap kanan.

Baca Juga  Emas Veddriq Dongkrak Klasemen Merah Putih di Olimpiade Paris 2024

Jolly mengatakan, lakon dalam acara pembukaan itu dimaksudkan untuk merayakan keberagaman dan memberi penghormatan kepada pesta dan gastronomi Perancis. Jolly menjelaskan adegan itu dimaksudkan untuk mempromosikan toleransi terhadap identitas seksual dan gender yang berbeda.

Pemengaruh media sosial, Andrew Tate, memprotes segmen yang dianggap mengolok-olok agama Kristen di dekat kantor Kedutaan Besar Perancis di Bucharest, Romania, Minggu (28/7/2024).

Khusus tentang Dewa Dionisos, Jolly juga menjelaskan, dewa itu adalah ayah dari dewi Sungai Seine, Sequana. Lakon itu ditampilkan saat hujan lebat di Sungai Seine. Ini pertama kalinya Olimpiade Musim Panas dibuka di luar stadion atletik utama.

”Saya tidak bermaksud merendahkan siapa pun atau apa pun dengan karya saya. Niat saya bukan untuk menjadi subversif atau mengejek atau mengejutkan. Kami ingin berbicara tentang keberagaman yang berarti kebersamaan. Kami ingin menyertakan semua orang. Sesederhana itu. Saya ingin mengirim pesan cinta, pesan tentang inklusivitas, dan sama sekali tidak untuk memecah belah,” kata Jolly.

Hugo Bardin, salah satu pelakon dalam pembukaan Olimpiade, kecewa karena penyelenggara Olimpiade harus meminta maaf. Bagi Bardin, permintaan maaf berarti mereka mengakui kesalahan dan mengakui bahwa mereka sengaja melakukan sesuatu yang merugikan.

Padahal, menurut dia, sebenarnya tidak demikian. ”Yang mengganggu orang-orang itu bukan karena kami mereproduksi lukisan ini. Yang mengganggu mereka adalah bahwa orang-orang dari komunitas LGBTQ+ yang mereproduksinya,” ujarnya.

Kecaman luas

Memang, ada kecaman dari berbagai negara atas adegan itu. Di dalam negeri, Konferensi Uskup Gereja Katolik Perancis menyesalkan ”adegan-adegan cemoohan” yang mereka katakan mengolok-olok agama Kristen.

Baca Juga  Subhan-Rina Raih Kemenangan Gemilang di Paralimpiade Paris 2024

Komuni Anglikan di Mesir juga menyampaikan ”penyesalan yang mendalam”. Mereka menyatakan upacara tersebut dapat menyebabkan Komite Olimpiade Internasional (IOC) kehilangan identitas olahraganya dan pesan kemanusiaannya.

Uskup Agung Charles Scicluna di Malta mengatakan telah menghubungi Duta Besar Perancis di Malta. Ia menyampaikan keluhan tentang ”penghinaan yang tidak beralasan” tersebut. ”Saya sedih dan kecewa atas penghinaan terhadap kami umat Kristen saat sekelompok seniman waria memarodikan Perjamuan Terakhir Yesus,” tulis Scicluna dalam surat kepada dubes Perancis yang diunggah di X.

Di media sosial beredar unggahan-unggahan yang menyatakan ada dugaan rangkaian lakon itu terinspirasi oleh lukisan The Feast of the Gods, karya maestro Belanda abad ke-17, Jan Harmensz van Bijlert.

Selain lakon Perjamuan Terakhir, ada bagian lain yang juga diprotes. Adegan itu adalah seorang perempuan sedang memegang kepala terpenggal berlumuran darah.

Ini diambil dari adegan eksekusi Ratu Perancis Marie-Antoinette yang muncul di jendela Conciergerie, bangunan tempat dia dipenjara setelah Revolusi Perancis 1789. Ia dipenggal bersama suaminya, Louis XVI. ”Tentu saja kami tidak mengagungkan alat kematiannya, yaitu guillotine,” kata Jolly.

Nilai lama

Meski bangga dengan warisan Katoliknya yang kaya, Perancis juga memiliki tradisi panjang soal sekularisme dan antiklerikalisme. Penistaan agama tidak hanya legal, tetapi juga dianggap oleh banyak orang sebagai pilar penting kebebasan berbicara.

Baca Juga  Medan Peringkat Tiga Kota Terpolusi Dunia

Ini bisa dilihat dari kasus majalah Charlie Hebdo yang pernah memuat kartun Nabi Muhammad SAW. Hal ini berujung dengan kecaman dari umat Muslim di seluruh dunia dan serangan terorisme di kantor Charlie Hebdo yang menewaskan 17 orang.

Kelompok ekstrem dan sayap kanan Perancis mengecam lakon itu dan menganggapnya mendistorsi nilai-nilai Perancis. Juru bicara Partai Reli Nasional sayap kanan Perancis, Julien Odoul, menyebut lakon tersebut merampas budaya Perancis.

Di Moskwa, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menyebutnya sebagai parade gay raksasa. ”Jika karya kami digunakan… untuk sekali lagi menebar perpecahan dan kebencian… itu akan sangat memalukan,” kata dia.

Sambil memuji beberapa elemen upacara, tokoh sayap kiri Prancis, Jean-Luc Melenchon, mengkritik bagian eksekusi Marie-Antoinette dengan mengatakan, ”Hukuman mati dan eksekusi Marie Antoinette berasal dari zaman hukuman yang tidak ingin kita lihat lagi.”

Sebuah jajak pendapat oleh kelompok survei Harris, yang ditugasi oleh penyelenggara Olimpiade Paris 2024, menunjukkan bahwa 86 persen responden di Perancis memiliki pandangan positif terhadap upacara tersebut.

Penyanyi kelahiran Quebec, Celine Dion, yang menutup acara dengan penampilan solo dari Menara Eiffel, muncul sebagai sosok yang paling menonjol dalam parade tersebut ketika responden ditanya apa yang mereka ingat.

Superstar Amerika Serikat, Lady Gaga, juga membawakan lagu pembuka yang terinspirasi dari gedung musik Perancis. Presiden Perancis, Emmanuel Macron, menilai seluruh acara pembukaan telah membuat rakyat Perancis sangat bangga.

 

(Kompas/Reuters/AFP/AP)

Share

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *