Jakarta – Mari menilik jejak sejarah dan keindahan yang tersimpan di Boronadu yang merupakan desa terpencil di Gomo. Kawasan ini sering dijadikan tempat upacara adat Boronadu atau penyelesaian konflik pada kelompok yang sedang bermusuhan.
Gomo merupakan sebuah desa di Sumatera Utara, tepatnya di Kabupaten Nias. Wilayah Gomo sendiri cukup luas, yaitu sekitar 37,56 kilometer (km) per segi dan memiliki 11 kelurahan.
Gomo dipecah menjadi tujuh kecamatan dengan sejumlah tempat wisata serta beberapa situs megalitikum peninggalan para leluhur Suku Nias sejak ribuan tahun lalu.
Kita juga dapat melihat Situs Megalitik Boronadu. Situs ini diyakini sebagai asal mulanya para leluhur masyarakat Nias dari langit atau Ono Niha—manusia pertama Nias.
Melansir Pesona Indonesia, Boronadu merupakan desa terpencil di Gomo yang sering dijadikan tempat upacara adat Boronadu atau penyelesaian konflik pada kelompok yang sedang bermusuhan.
Dulu, kelompok dari beberapa suku di Nias sering berperang. Untuk itu, muncullah ritual Boronadu dengan cara mengalihkan konflik kelompok kepada patung-patung yang ada di sana. Patung-patung ini kemudian dilemparkan ke sungai, pertanda masalah sudah selesai. Bebatuan megalit ini sendiri diyakini sudah berusia antara 2.500 hingga 5.000 tahun lamanya.
Saat ini, Upacara Boronadu menjadi acara adat yang menarik wisatawan. Upacara ini diakhiri dengan penanaman pohon fosi.
Situs Megalit Tetegewo
Selanjutnya mari kita menilik juga Situs Megalit Tetegewo yang berada di Desa Tetegewo, Sub-distrik Sidua Ori.
Kita bisa melihat rumah dan peradaban megalitikum yang masih hidup. Situs Tetegewo terdiri atas batu-batu berbagai bentuk dan ukuran.
Ada yang menyerupai tugu, bundar dan per segi. Batu-batu ini diyakini berasal dari Sungai Baho yang terletak 3 km dari lokasi situs. Sementara Batu Behu, yang bentuknya menyerupai tugu, menandakan pernah ada pesta besar-besaran di sini.