Kolase Peristiwa Terpenting Periode Mei 2025

Pencari kerja membludak di Job fair yang digelar Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. [Foto: Antara]

Share

Ricuh Job Fair Bekasi, Potret Krisis Lapangan Kerja

Acara Job Fair Bekasi Pasti Kerja Expo yang digelar Pemkab Bekasi di Convention Center President University, Cikarang Utara, Selasa lalu berujung ricuh. Para pencari kerja berdesak-desakan –bahkan diwarnai perkelahian– berebut scan QR Code. Belasan orang pingsan.

Plt Kadisnaker Kabupaten Bekasi Nur Hidayah Setyowati mengatakan sekitar 25.000 pencari kerja mengikuti job fair. Padahal hanya 2.517 lowongan kerja yang disediakan dari 64 perusahaan.

Peristiwa itu menggambarkan kerasnya persaingan mendapatkan pekerjaan di Indonesia. Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional BPS yang dirilis 5 Mei 2025 terlihat, per Februari 2025 jumlah angkatan kerja sebanyak 149,38 juta orang.

Dari jumlah itu, 4,76% di antaranya menganggur, atau sekitar 7,28 juta orang. Angka pengangguran ini naik 83,45 ribu orang (11,1%), dibanding Februari 2024. Lulusan SMA merupakan porsi terbesar, yakni 28,01%.

Disusul SMK 22,37%, lalu SD atau lebih rendah 17,09%, dan tamatan SMP sebanyak 16,20%. Kemudian lulusan Diploma IV hingga S3 sebanyak 13,89%, dan terendah lulusan Diploma I-III sebanyak 2,44%.

Namun, bila melihat tingkat pengangguran berdasarkan pendidikan tertinggi, tamatan SMA dan SMK, mencatat tren penurunan. Per Februari 2025, tamatan SMA tercatat 6,35%, turun dari 6,73% pada 2024, dan 7,69% pada 2023. Sementara SMK tahun ini tercatat 8%, turun dari 8,62% Februari 2024 dan 9,6% pada 2023.

Sebaliknya, pengangguran lulusan perguruan tinggi justru konsisten meningkat. Per Februari 2025, tingkat pengangguran lulusan perguruan tinggi (D-IV hingga S3) mencapai 6,23%. Naik dari 5,52% pada Februari 2023, dan naik lagi menjadi 5,63% pada Februari 2024.

Proporsinya juga terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada Februari 2023 jumlahnya 9,43%, pada Februari 2024 naik jadi 12,21%, hingga tahun ini menjadi 13,89%. Dengan kata lain, 1,01 juta sarjana yang masih menganggur tahun ini.

Baca Juga  Rangkuman Berita Utama Rabu, 14 Mei 2025

Kesulitan para lulusan perguruan tinggi mendapatkan pekerjaan juga terpotret dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) terbaru. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja pada April 2025 untuk kelompok sarjana berada di 104,6. Masih di level optimistis, di atas 100. Tapi ini turun dari Maret di 107,2 dan Februari 115,8.

Dalam empat bulan, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja bagi kelompok sarjana sudah turun 28,4 poin. Sementara kelompok SMA sudah dua bulan di level pesimistis, di bawah 100. Per April 2025 berada di 95,4, terendah sejak April 2022.

Dalam kajiannya, ekonom LPEM FEB Universitas Indonesia melihat pada saat ekonomi merosot, tingkat pengangguran dengan pendidikan menengah dan tinggi cenderung meningkat lebih tajam dibanding pengangguran tamatan pendidikan rendah.

Saat krisis 1998, pengangguran lulusan pendidikan menengah dan tinggi masing-masing 10,95% dan 11,00%, sementara untuk yang tidak memiliki pendidikan formal atau hanya berpendidikan dasar jauh lebih rendah, 1,04% dan 2,70%.

Begitu pula krisis 2008, pengangguran kelompok terdidik 11-12%, sementara yang kurang terdidik di bawah 6%. Dari pola itu, terlihat peningkatan pengangguran terdidik bisa menjadi indikator kemerosotan ekonomi.

Kondisi lapangan kerja di Indonesia memang masih suram. Apalagi, gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) masih berlanjut. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Shinta Kamdani mengatakan sepanjang Januari-Maret 2025 sudah 73.992 peserta BPJS Ketenagakerjaan yang berhenti dari kepesertaannya karena terkena PHK.

Ini selayaknya menjadi perhatian serius pemerintahan Presiden Prabowo. Bagaimanapun krisis lapangan kerja berpotensi menyulut krisis sosial lainnya.

Mengaduk-aduk Emosi, Resep Kang Dedi

Tingkat kepuasan warga Jawa Barat terhadap gubernurnya, Dedi Mulyadi -(KDM/Kang Dedi Mulyadi)– sebesar 94,7% –nyaris sempurna. Angka tersebut diperoleh Indikator Politik Indonesia (IPI), setelah melakukan survei penilaian warga setelah 100 hari KDM duduk di kursi nomor satu Jabar.

Baca Juga  Sebanyak 12 Laboratorium Disiagakan Percepat Pemeriksaan Virus Mpox

IPI juga melakukan penilaian terhadap gubernur-gubernur lain di wilayah Jawa melalui survei itu pada pada 12-19 Mei 2025. Hasil dari survei tersebut menunjukkan KDM berada di puncak.

Urutan selanjutnya adalah Sri Sultan Hamengkubuwono X (DIY) 83,8%, Khofifah Indar Parawansa (Jawa Timur) 75,3%, Ahmad Luthfi (Jawa Tengah) 62,5%, Pramono Anung (DKI Jakarta) 60%, dan Andra Soni (Banten) 50,8%.

Meskipun publik Jabar sangat mengapresiasi unjuk kerja KDM, tapi kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahan provinsi Jabar relatif rendah, hanya 53%. Dari survei tersebut tergambar terjadi kesenjangan penilaian antara pribadi KDM dengan institusi yang dipimpinnya.

Menurut Direktur Eksekutif IPI Burhanuddin Muhtadi, hal tersebut menunjukkan KDM belum sepenuhnya berhasil mengarahkan kinerja birokrasi Pemprov Jabar secara maksimal.

Di sisi lain, tingkat kepuasan publik yang sedemikian tinggi terhadap KDM, menurut Burhanuddin, tidak murni berdasarkan faktor teknokratik atau kinerjanya saja. Menurut dia, warga Indonesia banyak menyertakan faktor emosi atau afeksi ketika menilai tingkat kepuasan terhadap pemimpin.

Faktor emosi atau afeksi itulah yang sangat diperhatikan oleh KDM semenjak jauh hari. Dia sangat gencar menggunakan media sosial untuk membangun citra diri (personal branding), dengan aneka tema yang menarik perhatian publik.

KDM sangat memerhatikan dramatisasi dalam setiap isu yang dia munculkan. Ambil contoh, setelah ada banjir di Bogor, dia suruh bongkar arena hiburan di kawasan Puncak yang dia tuding sebagai penyebab air tidak bisa meresap ke dalam tanah, sehingga jadi banjir di wilayah bawah.

Baca Juga  Noel: Kemnaker di Garis Terdepan Perjuangkan Hak Buruh Sritex

“Persepsi publik itu tidak semata-mata dibentuk oleh keberhasilan seorang pemimpin untuk menyelesaikan agenda teknokratik,” kata Burhanuddin, “Jadi, jangan langsung buru-buru mengambil kesimpulan, bahwa faktor kinerja lah yang paling menyumbang.”

Pembangunan citra diri yang dilakukan KDM secara terencana tersebut mengekor jejak yang dilakukan Jokowi semenjak duduk di kursi nomor satu Kota Solo. Bahkan sampai kini setelah selesai menjabat presiden, Jokowi masih sangat memerhatikan pengelolaan citra diri.

Personal branding Jokowi sebagai presiden populis telah tertanam kuat pada persepsi sebagian publik, sehingga apapun yang dia lakukan dianggap benar dan penilaian negatif terhadap Jokowi adalah salah.

Dari proses yang dilakukan KDM untuk menguatkan citra dirinya terlihat arahnya akan membuahkan persepsi publik mirip yang didapat Jokowi. Publik membaurkan penilaian teknokratik dengan emosi, yang kerap kali justru emosi lah yang paling dominan.

Trending Medsos

Terdapat lebih dari 10 ribu pencarian di Google mengenai longsor Gunung Kuda Cirebon, setelah terjadi longsor tambang batu alam di Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, pada Sabtu (31/5/2025). Setidaknya 14 orang dilaporkan meninggal dunia, sementara empat orang lainnya menjalani perawatan.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa sejumlah alat berat termasuk tiga ekskavator, turut terkubur di bawah reruntuhan. Hingga kini, 11 orang masih dinyatakan hilang. Pihak kepolisian kini melakukan penyelidikan dengan memeriksa enam saksi bencana tersebut. Gubernur

Jawa Barat Dedi Mulyadi akan memanggil Perum Perhutani dalam waktu dekat untuk memintai keterangan imbas terjadinya longsor di kawasan tambang Gunung Kuda Cirebon.

 

BDS Alliance

Share

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *