Hamas Beri Sinyal Lepas Kekuasaan di Gaza

Tangkapan layar video yang dirilis Forum Sandera dan Keluarga Orang Hilang Israel pada 22 Mei 2024 menunjukkan sejumlah tentara perempuan Israel yang ditahan kelompok Hamas Palestina saat penyerangan pada 7 Oktober 2023. Foto: Forum Sandera dan Keluarga Orang Hilang Israel via AFP/ voaindonesia

Share

Jakarta – Hamas memberi sinyal mereka bersedia berhenti memerintah Gaza setelah perang dengan Israel berakhir. Langkah ini bertepatan dengan upaya AS memperpanjang gencatan senjata awal dan menyetujui persyaratan untuk mengakhiri konflik secara permanen.

“Hamas tidak perlu menjadi bagian dari pengaturan politik dan administratif Gaza pada tahap selanjutnya, terutama jika hal itu melayani kepentingan rakyat kami,” kata juru bicara Hamas, Hazem Qasim kepada Al Arabiya TV dilansir Bloomberg.

Konsesi ini akan memenuhi salah satu tuntutan Israel pada Hamas, sehingga tahap kedua gencatan senjata bisa dimulai saat gencatan senjata yang sedang berlangsung berakhir awal bulan depan.

Namun, tuntutan lainnya ialah, kelompok sipil bersenjata itu harus melucuti senjata, syarat yang belum menunjukkan tanda-tanda akan dipenuhi oleh faksi yang didukung Iran tersebut.

Baca Juga  Israel Dihujani 80 Roket Hizbullah Diluncurkan dari Lebanon

Beberapa analis Israel memperingatkan bahwa membiarkan Hamas terus menjadi kekuatan militer di luar pemerintahan akan membuat kelompok ini meniru peran yang dimainkan Hizbullah, yang memegang kekuasaan dan pengaruh signifikan di Lebanon, baik secara militer maupun politik, meski tidak secara resmi berkuasa.

Serangan Israel terhadap kelompok tersebut akhir tahun lalu membantu membuka jalan bagi Lebanon untuk menunjuk presiden pertamanya sejak tahun 2022 pada bulan lalu.

Prospek pasca-perang di Gaza makin keruh karena Israel menolak menyatakan pemerintahan alternatif, yang bisa diterima faksi tersebut. Negara Zionis itu juga menolak tawaran Otoritas Palestina, yang menguasai sebagian wilayah Tepi Barat, untuk ikut terlibat.

Usulan kontroversial Presiden AS Donald Trump, agar sebagian besar warga Gaza dikirim ke luar negeri, telah ditolak Palestina dan dikritik banyak pemimpin Timur Tengah. Trump berdalih idenya bertujuan untuk merekonstruksi wilayah yang dilanda perang selama bertahun-tahun tersebut.

Baca Juga  Jokowi dan Prabowo Gelar Pertemuan Bahas Diplomasi Indonesia di IISS

“Kami tidak berpegang teguh pada kekuasaan,” kata Qasim, Minggu malam. “Dimulainya rekonstruksi, yang sebenarnya tidak harus bergantung pada Hamas, menjadi bagian dari kesepakatan ini.”

Gencatan senjata Israel-Hamas selama enam pekan hampir berakhir, utusan AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff menyuarakan optimisme bahwa perundingan tahap kedua, yang dimediasi Qatar dan Mesir, akan dilanjutkan.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan mengadakan pertemuan dengan kabinet keamanannya pada Senin malam untuk menetapkan pedoman bagi setiap perkembangan negosiasi.

Sebelumnya dalam pidatonya pada Minggu, Netanyahu menegaskan “Israel akan menghancurkan kemampuan militer dan pemerintahan Hamas.” Seruan ini digaungkan oleh Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, yang menganggap Hamas sebagai penghalang perdamaian di masa depan.

Baca Juga  Kim Nyatakan Perang jika Korsel Langgar Kedaulatan Pyongyang

Hamas, seperti halnya Hizbullah, ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh AS dan negara-negara lain. Kelompok ini telah memerangi Israel sejak menyerang negara tersebut pada Oktober 2023.

 

red

Share

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *