Jakarta – Hingga Selasa (23/7/2024) api masih menyala setelah pada Sabtu pekan lalu Israel menyerang pelabuhan Hudaydah di Yaman, tempat penampungan bahan bakar. Serangan ini sebagai balasan atas ledakan besar yang mengguncang Tel Aviv, Jumat (19/7/2024) dini hari.
Kelompok Houthi di Yaman mengatakan bertanggung jawab atas pengeboman tersebut. Milisi yang didukung Iran ini telah mengirim pesawat tak berawak (drone) yang menyebabkan satu orang tewas dan melukai empat warga lainnya.
“Pasukan UAV (drone) kami menyerang salah satu target penting di wilayah pendudukan Jaffa, wilayah yang sekarang disebut Tel Aviv,” kata pemimpin Houthi dalam sebuah pernyataan dimuat AFP.
Aksi saling serang antara kelompok Houthi di Yaman dengan pasukan Israel mengungkap adanya fakta baru. Mengutip Middle East Monitor (MEMO), Israel ternyata menggunakan wilayah udara Arab Saudi sebelum mengebom Yaman.
“Israel memberi tahu Arab Saudi sebelum serangannya terhadap kota pelabuhan Hudaydah di Yaman pada hari Sabtu, dan Riyadh mengizinkan pesawat tempur pendudukan melewati wilayah udaranya untuk mengebom sasaran Houthi,” muat laman CNBC mengutip pernyataan Radio Angkatan Darat Israel.
“Koresponden militer stasiun radio tersebut, Doron Kadosh mengatakan pesawat tempur Israel melewati wilayah udara Saudi untuk sebagian besar perjalanan mereka ke Yaman,” tambahnya.
Hal ini juga sebelumnya dilaporkan surat kabar Ibrani Yedioth Ahronoth. Diberitakan pula selain berkoordinasi dengan Arab Saudi untuk melakukan serangannya ke Yaman, juga ada koordinasi mencakup pengisian bahan bakar di udara dengan pesawat RAM.
“Selain terbang di ketinggian rendah untuk menghindari radar,” muat laman itu.
Meski demikian, juru bicara Kementerian Pertahanan Arab Saudi, Brigadir Jenderal Turki Al-Maliki, membantah keterlibatan negaranya dalam serangan tersebut. Ia mengatakan Arab Saudi tidak memiliki hubungan atau partisipasi dalam menargetkan Hudaydah.
“Kerajaan tidak akan membiarkan wilayah udaranya disusupi. oleh pihak mana pun,” tegasnya.
Sementara itu, dalam laporan yang sama, pemerintah Amerika Serikat dan komando-nya di Timur Tengah dilaporkan juga diberitahu soal operasi Israel itu. Ini terjadi beberapa jam sebelum serangan.
“Namun, AS mengatakan tidak ikut serta dalam serangan,” ujar laporan itu lagi.
Kementerian Kesehatan yang dikelola Houthi mengatakan setidaknya enam orang tewas dan 83 lainnya terluka dalam serangan udara Israel di Pelabuhan Hudaydah di Yaman barat. Beberapa fasilitas pelabuhan juga dilalap api.
Israel mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, dengan mengatakan bahwa itu adalah “tanggapan langsung” terhadap serangan pesawat tak berawak (drome) yang diluncurkan oleh kelompok Houthi di Tel Aviv pada hari Jumat, yang menewaskan seorang warga Israel dan melukai sepuluh lainnya.
Ledakan Kuat
Sebelumnya, polisi Israel mengatakan mereka menerima ratusan laporan pada Jumat sekitar pukul 03.00 mengenai “ledakan kuat”. Ledakan itu menghantam sebuah gedung di jalan dekat gedung Kedutaan Besar AS di Israel, membuat jendela-jendela pecah.
“Selama penggeledahan, seorang pria berusia lima puluhan ditemukan tewas di apartemennya dengan luka-luka akibat pecahan peluru, kata polisi.
“Layanan medis darurat Magen David Adom mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka merawat seorang pria dan seorang wanita yang terluka di rumah mereka, dan dua lainnya terluka di jalan. Keempatnya dibawa ke rumah sakit dengan luka yang relatif ringan,” katanya.
“Itu mungkin ledakan udara… Kami sangat beruntung,” kata Peretz Amar, komandan polisi Tel Aviv, seraya menambahkan bahwa penyelidikan sedang berlangsung.
Saat kejadian, seorang warga Tel Aviv mengatakan kepada AFP bahwa dia terbangun karena ledakan tersebut. Menurutnya “semuanya berguncang”.
(red)