Mendukung Presiden RI Prabowo Melalui Kritik Tajam

Dari kiri: Presiden Prabowo Subianto, Joko Widodo, (pasangan Cagub Jateng) Taj Yasin Maimoen – Ahmad Luthfi. (©@ahmadluthfi_official)

Share

Oleh: Saiful Huda Ems
(Lawyer dan Analis Politik)

Puncak keyakinan batin yang paling tinggi bukan hanya saya rasakan, namun juga oleh banyak orang bahwa Presiden Prabowo Subianto berkarakter terbuka, setia kawan, dan sangat sopan. Ia sudah berbeda jauh dibanding Prabowo muda.

Ini seolah menyiratkan Presiden Prabowo sudah mulai memahami benar kultur asli orang Indonesia, khususnya masyarakat Jawa yang dikenal sangat menjunjung tinggi andhap asor (santun, beradab, dan suka merendah).

Tetapi di sisi lain, Presiden Prabowo juga memiliki karakter yang sangat membingungkan. Getol bicara demokrasi dengan berapi-api, namun setelah itu malah bersikap yang tidak demokratis. Contohnya adalah ketika dengan sadar ia ikut campur dalam pilkada, baik di Jateng maupun di Jakarta.

Kita tentu sangat terkejut dan heran, kenapa Prabowo tiba-tiba mau-maunya berkampanye mendukung Cagub Ahmad Lutfi di Jateng.

Sebagai rakyat kita sangat kasihan dengan tindakan Presiden Prabowo. Karena dengan memberikan dukungan tersebut, rakyat menangkap pesan kuat bahwa dia tunduk di bawah pengaruh Jokowi.

Baca Juga  Awas Ketidakpastian Ekonomi Global dan Kenaikan Harga di 2025

Sebaliknya Jokowi harusnya bertanggung jawab karena telah merendahkan marwah presiden menjadi jurkam.

Presiden harusnya menjadi negarawan yang melindungi segenap bangsa. Jadi presiden jangan direndahkan menjadi jurkam.

Jokowi pun seharusnya tidak perlu meminta bantuan Prabowo bagi kepentingannya sendiri.

Dalam kapasitasnya sebagai presiden, seharusnya Prabowo tidak menurunkan derajat dirinya sendiri dengan cawe-cawe pilkada. Itu sama dengan yang dilakukan Jokowi jelang Pilpres 2024. Ini kemudian “dilabrak” banyak akademisi dan politisi.

Prabowo juga selalu menekankan perlunya pemerintahan yang bersih korupsi, namun ia sendiri mengangkat orang-orang bermasalah dengan hukum (terindikasi korupsi) menjadi anggota kabinetnya. Tidak perlu disebutkan nama mereka karena terlalu banyak.

Prabowo juga bersumpah berbuat baik untuk menyejahterakan rakyat di sisa umurnya. Tentu ini menyentuh hati banyak orang dan layak diaminkan. Entah basa-basi atau sungguhan, kalimat-kalimat yang positif dari pemimpin haruslah diapresiasi.

Baca Juga  Swasembada Energi Presiden Prabowo: Bebaskan RI dari Tentakel Mafia Migas

Akan tetapi jika dalam kenyataannya nanti pernyataan tersebut tidak ada keselarasan dengan tindakan-tindakannya, maka harus kita peringatkan. Karena politisi memang sering ingkari janji, bahkan sering kali pula tidak mempercayai ucapannya sendiri.

Banyak orang mengatakan Prabowo sudah selesai dengan dirinya sendiri karena sudah kaya dan tidak terlalu terbebani oleh persoalan-persoalan keluarga.

Kendati pun demikian, harus terus diiingat sejarah perjalan RI juga telah banyak diwarnai oleh pengkhianatan oleh para pejabatnya sendiri yang sebelumnya telah diambil sumpah jabatan. Dan mereka yang korupsi itu bukan orang-orang miskin.

Hal yang teramat janggal adalah ketika Prabowo yang sudah menjadi presiden, namun masih mau-maunya sowan ke mantan presiden Jokowi di Solo. Jika alasannya untuk silaturahmi ke mantan presiden, kenapa Prabowo tidak mendatangi juga Megawati dan SBY.

Sowan bolak-balik Prabowo ke Jokowi seolah-olah menunjukkan bahwa dia aslinya masih lemah, tidak percaya diri atau takut dengan Jokowi.

Baca Juga  Antara Megawati, Jokowi, dan Drama Pembegalan Partai Demokrat

Memangnya ada apa? Adakah kasus besar Prabowo yang masih disimpan Jokowi? Adakah operator-operator politik Jokowi masih “menggurita” di Pemerintahan Prabowo dan ia tidak punya kekuatan untuk menyingkirkannya?

Sebagai mantan perwira militer, jenderal purnawirawan (TNI) bintang empat, apalagi sekarang menjadi presiden, Prabowo harusnya menunjukkan kewibawaan, kehormatan, dan kemampuan sebagai pemimpin terkuat dan cerdas yang tidak perlu lagi “bersandar” pada Jokowi yang terindikasi banyak kasus di masa kepemimpinannya.

Namun jika yang dilakukan Prabowo sebagai taktik dan strategi, ya tidak masalah.

Semua itu yang tahu hanya Prabowo sendiri.

Hanya saja sebagai rakyat yang menaruh harapan besar pada kepemimpinan nasional, kita harus selalu mengingatkannya agar Prabowo yang dinilai oleh banyak orang sebagai sosok yang tegas namun lugu itu, tidak dibodohi Jokowi yang lihai bersilat lidah.

Share

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *