Kemenangan Pramono-Rano Karno Sudah di Depan Mata

Saiful Huda Ems

Share

Oleh: Saiful Huda Ems*

Pelan namun pasti, dukungan suara untuk pasangan Cagub-Cawagub Jakarta Pramono Anung dan Rano Karno akan terus naik meninggalkan pasangan Ridwan Kamil (RK) dan Suswono. Sebelumnya pasangan RK-Suswono selalu mendominasi perolehan suara pada hasil jajak pendapat lembaga-lembaga survei terpercaya.

Mengapa hal itu bisa terjadi?

Pertama, situasi politik nasional sedikit mulai bergeser dari dominasi politik mantan presiden Jokowi menjadi bergeser ke Presiden Prabowo Subianto. Bagi KIM Plus yang semula menginginkan Jakarta dipimpin oleh RK, mulai berubah pikiran dengan tidak terlalu habis-habisan lagi mendukung RK.

Bagi KIM Plus, RK yang sangat ambisius merupakan ancaman nyata untuk suksesi Pilpres 2029. Bila RK menang, dikhawatirkan RK akan semakin populer dan berpotensi menjadi kontestan capres terkuat di 2029.

Memperkuat RK itu sama dengan mau melemahkan Prabowo dan Gibran Rakabuming Raka. Selain itu, memperkuat RK berarti pula memperkuat Partai Golkar, dan memperkuat Golkar berarti sama halnya akan melemahkan Partai Gerindra, partainya Prabowo Subianto.

Karena itu, KIM Plus perlahan-lahan mundur secara teratur untuk tidak mau lagi mati-matian mendukung RK-Suswono. Malahan kalau bisa RK “dihabisi” saja di Jakarta, di saat Jawa Barat nantinya sudah akan dikuasai Dedi Mulyadi. Dengan strategi itu pula Partai Gerindra berharap bisa naik lagi perolehan suaranya di Pileg 2029.

Baca Juga  Dampak PPN 12 Persen Barang Mewah: Benarkah hanya Menyasar Orang Kaya?

Kedua, situasi nasional saat ini juga sedikit mulai berubah. Prabowo Subianto yang awalnya sangat memerlukan dukungan dari Jokowi, sekarang sudah tidak terlalu membutuhkan lagi. Terlalu dekat dengan Jokowi, bagi Prabowo malah hanya akan menimbulkan persoalan baru karena di era Jokowi terlalu banyak proyek-proyek raksasa yang akan meninggalkan banyak masalah.

Skandal-skandal korupsi di masa pemerintahan Jokowi satu per satu mulai terungkap, tinggal “gong” nyasaja, Jokowi dan keluarganya satu per satu akan berurusan dengan hukum. Bila Prabowo masih tetap “lengket” dengan Jokowi, Prabowo nantinya tidak hanya akan berurusan dengan hukum, melainkan pula berurusan dengan perlawanan rakyat.

Oleh karena itu, yang diperlukan oleh Prabowo saat ini adalah dukungan kuat dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Dukungan dari PDIP selain diperlukan untuk terwujudnya persatuan dan kedamaian nasional, juga untuk mendongkrak partisipasi rakyat dalam setiap kebijakan yang telah diputuskan oleh Prabowo.

Bicara tentang dukungan dari PDIP tidak akan terlepas dari figur atau sosok Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Beliau bukan hanya ketum partai politik, namun juga tokoh nasional yang memiliki riwayat perjuangan panjang perjalanan demokrasi di negeri ini.

Baca Juga  Rapor Merah Presiden Joko Widodo

Tanpa dukungan politik penuh Megawati dengan PDIP-nya, waktu kekuasaan Prabowo akan berumur singkat. Ini bukan hanya karena hilangnya demokrasi partisipatoris dari rakyat, melainkan pula karena ancaman yang sangat nyata dari “gerilya politik” Jokowi dan Genk Solonya, yang akan segera mendaulat Gibran menjadi presiden dengan sebelumnya melengserkan Presiden Prabowo melalui berbagai cara.

Nah, untuk menjembatani persatuan politik Prabowo-Megawati, yang paling tepat bukanlah RK melainkan Pramono Anung. Karena itulah figur Pramono Anung akan lebih realistis untuk didukung oleh Presiden Prabowo dari pada RK.

Sedangkan partai-partai yang tergabung dalam KIM Plus selain Gerindra, akan kembali seperti karakter aslinya; “cari makan” pada siapa pun yang mau menyuapinya.

Ketiga, RK telah memiliki riwayat kegagalan panjang baik sebagai Walikota Bandung maupun ketika RK sebagai Gubernur Jawa Barat. Banyak dana APBD Kota Bandung dan Provinsi Jabar terbuang sia-sia. Di antaranya, Proyek Teras Cihampelas Kota Bandung yang sepi dan ditinggalkan para pengunjung dan pedagangnya, mesin Parkir Elektronik yang terbengkalai, dll.

Baca Juga  Menimbang Kelembagaan Baru Bulog Langsung di Bawah Presiden: Tantangan dan Implikasinya

Selain itu, RK juga dikenal temperamental, suka memarahi orang seenaknya, dan suka bicara melecehkan warga Jakarta. Jejak digitalnya sudah lama bergentayangan di medsos dari waktu ke waktu.

RK juga pernah beberapa kali berurusan dengan hukum, yang proses kasusnya sudah tidak jelas lagi. Mungkin ini “berkat” kedekatannya dengan Jokowi yang masyhur sebagai “penyandera” kasus koruptor.

Tak hanya RK, Calon Wakil Gubernur Suswono yang mendampinginya juga sudah dicap sebagai penista agama. Baru-baru ini orang-orang Betawi sudah melaporkan Suswono ke Polisi gara-gara Suswono mengatakan Nabi Muhammad SAW itu pengangguran yang menikahi janda Siti Khadijah.

Ini pernyataan yang sangat melukai perasaan dan keyakinan umat Islam, di mana Nabi Muhammad SAW itu sangat dimuliakan.

Pramono Anung-Rano Karno sekali lagi, perlahan namun pasti akan terus berjalan menuju kemenangan. Menurut survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang dilakukan sejak 10-17 Oktober 2024, hasilnya adalah: Pramono Anung-Rano Karno 41,6 persen, Ridwan Kamil-Suswono 37,4 persen, dan Dharma-Kun 2,9 persen.

 

*Lawyer dan pemerhati politik

Share

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *